Pelatihan sebagai Proses Pembelajaran dengan Sistem Terbuka

Pelatihan dapat diartikan sebagai proses terencana untuk memodifikasi sikap atau perilaku pengetahuan, keterampilan melalui pengalaman belajar. Tujuannya adalah untuk mencapai kinerja yang efektif dalam setiap kegiatan atau berbagai kegiatan. Dalam hal pekerjaan, tujuan pelatihan adalah untuk mengembangkan kemampuan individu dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini dan masa depan organisasi (Manpower Services Commission (MSC), U.K., 1981: 62 dalam Masadeh, 2012). Untuk mencapai tujuan tersebut, pelatihan berusaha memberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas terkait pekerjaan. Ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pekerjaan secara langsung (Truelove, 1992: 273 dalam Masadeh, 2012).

Idealnya, pelatihan sebaiknya dilengkapi dengan pengalaman praktis dan langsung (Hughey dan Mussnug, 1997). Hasil pengamatan Overman (1994: 62) menunjukkan bahwa orang akan cenderung melupakan apa yang ia dengarkan, namun mereka cenderung akan mengingat apa yang dilihat dan pahami. Demikian juga, Hughey dan Mussnug (1997: 53) mencatat bahwa 'kebanyakan karyawan tidak belajar dengan baik. ketika mereka 'diajak bicara'. Mereka perlu lebih aktif terlibat dalam pengalaman belajar. "

Berbeda halnya dengan pelatihan, belajar lebih didefinisikan secara holistik sebagai proses yang mencakup pelatihan dan pendidikan (Jensen, 2001 dalam Masadeh, 2012). Heinich (1999) menjelaskan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan pengetahuan, ketrampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungannya. Kegiatan belajar tidak terlepas dengan pembelajaran. Proses belajar menjadi satu sistem dalam pembelajaran yang tidak terpisahkan. Pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, pendidik memberikan bantuan kepada peserta didik agar peserta didik memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Pelatihan adalah sebuah sistem yang terbuka. Pada dasarnya sebuah sistem diartikan sebagai suatu unit yang saling terhubung dengan unit lainnya, di mana satu unit dengan unit lainnya tidak dapat dipisahkan demi terwujudnya suatu tujuan. Sedangkan sistem terbuka berarto sistem tersebut berinteraksi dengan lingkungan. Cunningham (1987) menjelaskan bahwa pendidikan dengan sistem terbuka dapat disebut juga dengan self-managed learning atau proses belajar yang dikelola sendiri.

Dalam proses pelatihan terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, yaitu; training, trainer, dan peserta. Interaksi tersbeut memberikan pengaruh antara satu komponen dengan komponen lainnya. Tiga komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;

 

 

Gambar 1 : Interaksi komponen pelatihan (Morand-Aymon, 2007)

Salah satu komponen dalam pelatihan adalah trainer. Trainer memiliki peran ganda, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah seorang trainer harus memiliki ketrampilan dasar dan latar belakang pengetahuan yang mencukupi sehingga mampu mengimplementasikan kegitan pelatihan dengan efektif dan sukses.

Referensi

Cunningham, Ian. (1987). Self Managed Learning in Action: Putting SML into Practice. United Kingdom : Routledge.

Bergo, Cristina, et.al, (t.t.). Pro-Skills Basic Skill for Lifelong Learning. Landau : Pro-Skill Project.

Masadeh, Mousa. (2012). Training, Education, Development and Learning: What is the Difference?. Europan Scientific Journal, Vo. 8, No.1.