TEKNIK DALAM ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN
Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan pentingnya Training Need Analysis (TNA) atau Analisis Kebutuhan Pelatihan (AKP) dalam perencanaan pelatihan. Tahapan dalam AKP dimulai dari memahami penilaian kinerja organisasi, melalui Indeks Kinerja Utama (IKU), Standard Operational Procedure (SPO), budaya dan target organisasi. Dari pemahaman tersebut, kita dapat mengidentifikasi unit kompetensi yang harus dikuasai pada jabatan tertentu dan di unit kerja ternetu. Tahapan selanjutnya adalah mengukur dan menganalisis tugas denga menggunakan teknik:
- Diskrepansi (Discrepancy)
Analisis diskrepansi atau discrepancy atau kesenjangan. Diskrepansi dalam AKP memiliki arti kesenjangan antara apa yang diharapkan (desired) dengan keadaan saat ini (actual). Hasil analisis diskrepansi secara umum dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
- Tingkat kebutuhan tinggi; apabila >70% pegawai belum kompeten, sehingga unit kompetensi tersebut harus diprioritaskan (sangat memerlukan) pelaksanaan pelatihan.
- Tingkat kebutuhan sedang; apabila 60-69,9 % pegawai belum kompeten, sehingga unit kompetensi tersebut berada dalam prioritas kedua (perlu tapi tidak terlalu urgent) untuk pelaksanaan pelatihan.
- Tingkat kebutuhan rendah; apabila <59,9 % pegawai belum kompeten, sehingga unit kompetensi tersebut tidak terlalu membutuhkan pelatihan.
Tabel berikut diberikan untuk memudahkan dalam melakukan analisis diskrepansi.
Sumber: Fortis, 2021
- Teknik Analisis DIF (Difficult, Important, Frequency)
DIF (Difficult, Important, Frequency) atau kesulitan, kepentingan dan frekuensi adalah salah satu teknik yang dapat digunakan dalam melakukan analisis tugas operasional dalam analisis kebutuhan pelatihan. Teknik ini dilakukan untuk menilai kesulitan, kepentingan dan frekuensi suatu tugas atau pekerjaan serta memutuskan intervensi pembelajaran yang diperlukan dan tingkatannya. Premis dari analisis DIF adalah jika tugas/pekerjaan sulit dan penting dan hanya dilakukan secara moderat atau jarang, pelatihan akan diperlukan. Namun jika tugas pekerjaan tidak sulit, tidak penting dan hanya cukup sering dilakukan atau jarang dilakukan, maka pelatihan tidak selalu diperlukana.
Teknik analisis DIF dapat menggunakan data keterampilan dari SOP pekerjaan, namun prioritas tertinggi melalui survei. Metode survey dapat dilakukan dengan menggunakan metode 360 derajat dengan berbagai pihak. Salah satu bentuk survei yang dapat dilaukan dengan menggunakan tabel berikut:
Sumber: Fortis, 2021
Dari dua teknis di atas merupakan contoh teknik yang dapat membantu dalam melakukan AKP. Setelah melakukan tahapan kedua ini, tahapan selanjutnya adalah menentukan kebutuhan pelatihan berdasarkan hasil analisis, kebutuhan organisasi, efektivitas, dan efisiensi. Kemudian dilanjutkan pada tahapan selanjutnya adalah evaluasi.
Penulis: Dian, NF, M.Hum
Editor: Dwi Budyarti kurnia Sari